Tokoh dan buku berusia seabad, inilah yang dibicarakan Bandung Mawardi alias Kabut di dalam buku terbarunya yang berisi 26 esai. Untuk tokoh, ia menghadirkan kritikus Jassin, penyair Bandaharo, komikus Kosasih, penulis drama Utuy Tatang Sontani, pelukis Dullah, novelis klasik Armijn Pane, dsb. Sedangkan tentang buku, ia mengajak kita mengingat buku-buku tua, seperti novel “Mata Gelap”, …

“Seharusnya Malam Ini Saya Jatuh Cinta” karya Sulung Pamanggih
Seperti seorang jururekam mengarahkan bidikan kameranya, seperti itulah naratologi cerita-cerita di buku ini bekerja. Alhasil bisa Puan dan Tuan bayangkan betapa filmis adegan demi adegan bergerak. Tetapi yang kemudian menjadi kelebihan ialah “mata kamera” pengarang bekerja dengan kepekaan yang subtil, disertai ketangkasannya dalam membingkai fragmen peristiwa ke dalam ungkapan sarat metaforis dan ironi, tentu saja …

“Striptis di Jendela: Kumpulen Cerpen” karya Saroni Asikin
“Sederhana saja alasanku. sebagai lelaki yang selama ini mengganggap perempuan sepertiku semata boneka atau hanya sejumput daging pemuas berahi, bagaimana kalau dirinya yang jadi perempuan? sekejap kemudian, di depanku duduk seorang perempuan asing yang sedang menekur. Kudengar isaknya ketika aku berlalu.” “saat si istri pulang, perempuan itu tersenyum padanya sambil berganti baju tidur. setelah itu …

“Ingatan Panjang Tentang Pertemuan Singkat” karya Nur Hidayat
Sejak awal tahun 2000-an, Nur Hidayat sering berkesempatan bepergian ke luar negeri sebab mendapat tugas dari kampus tempatnya bekerja sebagai dosen, terutama untuk urusan penandatanganan kerja sama internasional. Kesempatan ini membuat Nur Hidayat singgah di banyak negara, di antaranya Malaysia, Swedia, Ethiopia, Cina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, Singapura. Jika catatan perjalanan pada umumnya bercerita tentang …

“Sair Rempah-Rempah” karya Marco Kartodikromo
Lewat Sair Rempah-Rempah Marco telah memberikan salah satu gambaran yang cukup siginifikan tentang bagaimana sebuah syair pada era pra-Indonesia ditulis dan “dimainkan” perannya. Marco sebagai seorang penyair pada kenyataannya memang tak sanggup melampaui pakem konvensi, dan dengan begitu ia bisa dibilang tak melakukan pendobrakan atas bentuk. Ia menggelinding di rel yang sudah ada. Namun, hal …

“Memandang Perempuan Jawa” karya Harjito
Perempuan (Jawa) dalam teks sastra sering ditempatkan dalam posisi-posisi sekunder. Upaya membaca kritis teks-teks sastra perlu digagas dalam rangka mendudukkan posisi perempuan secara adil. Buku ini mencoba mengajukan pembahasan mengenai posisi perempuan dalam sastra. Esai-esai dalam buku ini semula berasal dari teks-teks yang diperuntukkan artikel jurnal ilmiah. Di sebagian besar isi tulisannya, harjito menyoal isu-isu …