Dimitri, Roy, Ann, dan Daniel bukan superman. Mereka bukan ikon progresif sempurna. Tapi mereka hadir sebagai refleksi laki-laki urban Indonesia, dengan perasaan yang tidak selalu valid di mata publik. Mereka minum kopi, mereka mencintai diam-diam, mereka trauma, mereka mencoba sembuh. Dan sering kali mereka hancur juga. Lewat mereka, penulis ingin menyuarakan bahwa, “Menjadi lajang bukanlah kegagalan, …
The Coffee Before The Break: Cangkir Pertama dari Semesta Lajang & The Coffeebreak
The Coffee Before The Break adalah cangkir pertama dari semesta Lajang & The Coffeebreak—sebuah prekuel kontemplatif tentang tubuh, keyakinan, trauma, dan kejujuran yang jarang diberi ruang. Mereka datang sebagai orang asing. Tapi malam itu, untuk pertama kalinya, mereka merasa dilihat—tanpa harus menjelaskan siapa mereka. Dan seseorang… telah menuliskan semuanya, jauh sebelum mereka menyadarinya. Segera …
Laki-Laki Fiktif: Kumpulan Cerita
Kita terbiasa menilai laki-laki dari bentuk: dari caranya bicara, berjalan, bekerja, memimpin, atau sekadar diam. Kita beri label: kuat, tangguh, rasional. Kita beri warna: hitam, biru, abu-abu—warna-warna maskulin yang dianggap tegas dan pasti. Tapi bagaimana jika mereka merasa tak lagi cocok dengan warna itu? Bagaimana jika tubuhnya rapuh, hatinya ragu, pikirannya tak pernah selesai mencari …
SELA: Puisi-puisi dari Ruang yang Tak Terjamah
Puisi merupakan hasil dari perjalanan batin seseorang yang ingin menyalurkan perasaan dan pengalaman melalui bahasa sastra yang indah. Remaja seusia sekolah lanjutan atas pasti memiliki pergolakan batin yang beragam. Sejumlah peserta didik ini mampu digiring, dirayu, dipersuasi oleh komunitas sastrawan yang terhimpun pada proyek kepemimpinan menghasilkan antologi “Sela: Puisi-puisi dari Ruang yang Tak Terjamah”. Menulis …
PANDANGAN MENGUSIR: Sastra Pra-Indonesia dan Wacana Kolonial
SEGERA TERBIT! P Swantoro pernah berkata, “masa lalu selalu aktual”. Yang terjadi hari ini akan selalu menyambung dengan peristiwa yang mendahului dan yang akan datang. Itu berarti, segala peristiwa dan produk dari masa lalu masih akan selamanya berkait-kelindan. Tak ada lagi racauan jumawa “yang sudah ya sudah” untuk hal-hal yang terjadi pada masa lampau. …
Penjelajah Zaman
Nurfalak, melalui rangkaian kata-katanya, mengajak kita untuk melangkah menembus ruang dan waktu yang tak tampak, merenungkan tiap simpul kenangan, serta merasakan kedalaman jiwa seorang yang hidup dan tumbuh di tengah kehidupan sehari-harinya sebagai orang Brebes. Buku puisi ini bukan hanya tentang sebuah tempat atau budaya. Ini adalah catatan keseharian yang diwarnai dengan rasa, tentang jalan-jalan …